MANFAAT MENUMBUHKAN GAYA HIDUP DOA, PUJIAN DAN PENYEMBAHAN

MANFAAT MENUMBUHKAN GAYA HIDUP DOA, PUJIAN DAN PENYEMBAHAN

Mazmur 22:2-6
 “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka. Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu.”
 

Beberapa manfaat Menumbuhkan Gaya Hidup suka Berdoa, Menaikkan Pujian dan Penyembahan:

  1. Pujian dan Penyembahan membangun kesadaran kita akan kehadiran atau hadirat Tuhan

Mazmur 22:4
” Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.”
Mazmur 22 di atas ditulis oleh Daud saat ia berada di dalam kesesakan hidupnya. Daud telah berdoa kepada Tuhan. Namun Daud merasa Tuhan tetap jauh. Daud berseru kepada Tuhan, Daud merasa Tuhan tidak menjawab. Rasa jauh dari Tuhan inilah yang membuat hatinya tidak tenang (Mazmur 22:2-3).
Kemudian Daud menambahkan doanya dengan pujian dan penyembahan, ia mengingat firman Tuhan yang mengatakan bahwa nenek moyangnya yang percaya kepada Tuhan lalu mereka diluputkan barulah ia merasakan kehadiran Tuhan (Mazmur 22:4-6).
Apakah Anda pernah merasa bahwa Tuhan tidak menjawab doa Anda? Apakah Anda pernah merasa Tuhan begitu jauh sehingga Anda pikiran tidak tenang? Tambahkanlah doa-doa Anda dengan pujian dan penyembahan. Dan Anda akan merasakan kesadaran akan kehadiran Tuhan.
Betapa pentingnya membangun kesadaran akan kehadiran Tuhan. Sebab jika kita tidak membangun kesadaran akan hadirat Tuhan maka musuh akan dengan mudah hadir di dalam hidup kita (pikiran dan hati kita).
Jika kita tidak merasakan kehadiran Tuhan maka musuh akan hadir dan merusak hati kita. Jika hati kita rusak, kehidupan kita akan menjadi rusak.
Oleh sebab itu Tuhan menasehati agar kita menjaga hati dengan segala kewaspadaan karena dari situ terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Anda menjaga hati dengan berdoa disertai ucapan syukur kepada Allah.

 
 (Kisah 16:23-26) Ketika Rasul Paulus dan Silas pergi ke Filipi, ia ditelanjangi, didera, dan dilempar ke dalam penjara, kaki mereka dibelenggu dengan pasungan yang kuat oleh orang Filipi.
Mereka mengerti bahwa apa yang sedang mereka alami bukanlah semata-mata perbuatan jahat manusia belaka, tetapi roh jahat yaitu penguasa udara Filipi itulah “DALANGNYA.”
Saat mereka diperlakukan dengan kasar dan tidak adil oleh orang-orang di Filipi, Rasul Paulus dan Silas bukannya marah dan bersunggut-sunggut tetapi justru mereka berdoa dan menambahkan doa mereka dengan pujian dan penyembahan maka terjadilah gempa bumi yang hebat, sendi-sendi penjara itu goyah dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.
Dan kepala penjara bersama keluarganya menjadi percaya kepada Tuhan Yesus lalu menjadi jemaat pertama yang ikut merintis gereja di kota Filipi.
Gaya hidup suka berdoa memuji dan menyembah melahirkan kesadaran akan kehadiran Tuhan; yang mengakibatkan terjadi penuaian jiwa-jiwa bagi kemuliaan nama Tuhan Yesus.

 

  1. Pujian dan Penyembahan melahirkan keyakinan iman yang radikal kepada Tuhan

Ibrani 13:15
Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.
Ayat firman ini mengandung arti bahwa kita harus menyaksikan keyakinan iman kita dengan ucapan bibir yang memuliakan (memuja) nama Tuhan.
Inilah yang disebut dengan korban syukur kepada Allah.
Di dalam Daniel 3:13-30 menceritakan kisah iman 3 (tiga) pemuda Ibrani bernama Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang mempersembahkan korban syukur kepada Allah dengan bibir yang memuliakan nama Allah lewat kesaksian imannya di hadapan Raja Nebukadnezar.
Mereka tidak takut menentang perintah Raja Nebukadnezar untuk menyembah dewa dan patung emas Nebukadnezar. 
Daniel 3:16-18
“Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.  Jika Allah kami yang kami PUJA sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”
Mereka begitu tenang saat berada di bawah tekanan dan ancaman raja Nebukadnezar yang begitu berkuasa dan arogan.
Mereka tidak takut terhadap tekanan dan ancaman raja.
Dan mereka tetap tidak mau memuja dewa dan patung Nebukadnezar, selain memuja Allah mereka.
Mereka bisa memiliki keyakinan iman yang radikal ini disebabkan mereka telah mengenal Allahnya; mereka bergaul karib dengan Allahnya. Mereka suka memuja dan menyembah Allahnya di dalam kehidupannya sehari-hari.
Di saat datang ancaman dan tekanan hidup, kita akan sulit menjadi tenang dan percaya kepada Tuhan bilamana kita tidak berusaha mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh; kita akan mudah panik lalu beralih dengan memuja dan menyembah kepada allah lain bilamana kita tidak memuja Allah dalam kehidupan kita sehari-hari.
Coba Anda renungkan sejenak:
Siapakah pujaan hati kita?
Siapakan yang suka kita puja-puja dalam kehidupan sehari-hari? Beberapa orang memuja dirinya sendiri, kecantikannya, jabatan, pangkat, pekerjaan, pelayanannya atau harta kekayaannya ;
namun semuanya itu bisa berubah karena tidak kekal.
Sadrakh, Mesakh dan Abenego memuja Allahnya karena mereka mengagumi Allahnya. Mereka mengagumi Allahnya karena mereka mengasihi Allahnya. Mereka mengasihi Allahnya karena mereka suka mengingat akan kebaikan-Nya di dalam doa, pujian dan penyembahan rutin mereka.
Dan Allah memberikan mereka iman yang radikal sehingga mereka mengalami mujizat yang radikal.
Tuhan akan memberikan kita iman yang radikal, seperti halnya ketiga pemuda ini; apabila kita suka memuja Allah dalam doa pujian dan penyembahan secara rutin dan teratur:
– Iman yang percaya bahwa Allah sanggup menolong  kita.
– Iman yang percaya bahwa oleh kasih-Nya Allah bersedia menolong kita.
– Iman yang percaya bahwa Allah berdaulat atas kehidupan kita; sekalipun Dia tidak menolong namun kita tetap mengasihi Dia.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego dilemparkan ke dalam dapur api yang menyala-nyala oleh karena sikap iman dan perkataan kesaksian mereka. Namun demikian, Allah tidak meninggalkan mereka. Allah tidak membiarkan mereka. Allah menyertai mereka di dalam dapur api (Daniel 3:19-25).
Ketika Nebukadnezar melihat mereka tidak terbakar di dalam dapur api yang menyala-nyala maka ia memanggil ketiga pemuda ini dengan penuh rasa hormat dengan sebutan hamba Allah yang Maha Tinggi.
Allah akan menghormati Anda di hadapan manusia apabila Anda menyaksikan iman Anda dengan ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya (Ibrani 13:15).
Oleh kesaksian iman mereka, seorang raja sombong dan kasar ini akhirnya memuja dan menyembah Allah Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
Ia mengeluarkan titah atau undang-undang yang memberikan kebebasan bagi Sadrakh, Mesakh dan Abednego untuk memuja dan menyembah Allah mereka; dan setiap orang harus menghormati Allah Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
Dan ketiga pemuda ini pun diberikan jabatan yang lebih tinggi di wilayah Babel (Daniel 3:26-30).
Iman yang radikal menyebabkan Tuhan melakukan mujizat yang radikal di dalam kehidupan kita.
Iman yang radikal dibangun oleh:
1). Fokus:
– waktu dan uang di arahkan kepada Tuhan;
– tujuan hati dan pikirannya hanya pada Tuhan.
2). Disipilin:
– Melakukan apa yang harus dilakukan.
– Saat teduh tiap hari
– Ibadah raya tiap minggu
– Bawalah persepuluhan tiap bulan
– Berpikir, berkata dan berbuat baik tiap ada kesempatan.
3). Rendah Hati
Tuhan Yesus memberkati

 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.