Kisah John Stephen Akhwari
Saat itu seluruh pemenang perlombaan telah ditentukan, juara 1, 2, dan 3 dari lari marathon itu sudah jelas, dan tidak mungkin berubah lagi. Saat itu pun para penonton sudah mulai beranjak pulang dari stadion. Banyak bangku stadion yang sudah mulai kosong. Akan tetapi tak berapa lama, penonton yang belum pulang itu dikejutkan dengan adanya pengumuman bahwa akan ada pelari yang akan masuk stadion. Penonton kaget, mereka kira sudah selesai perlombaan, tetapi mereka melihat dengan jelas saat seorang pelari memasuki ke stadion dengan terpincang-pincang. Masih lengkap dengan pakaian larinya serta nomor di dadanya, dia masuk ke stadion dan berlari kecil-kecil sambil terpincang dengan balutan luka di kaki kanannya.
Serentak, seluruh penonton berdiri dan bertepuk tangan. Stadion kembali bergemuruh dengan standing ovation. Mereka menyemangati pelari ini untuk terus berlari hingga finish. Suara dukungan disampaikan kepadanya. Dan ini membuat pelari itu terus bersemangat hingga kemudian dia menyentuh garis finish. Dia berhasil sampai pada garis finis, di saat tidak pelari lain lagi. Dia adalah pelari terakhir dalam perlombaan itu. Dia datang saat hari telah malam.
Itulah John Stephen Akhwari, pelari dari Tanzania, yang mengikuti perlombaan lari marathon pada olimpiade di Mexico tahun 1968. Dia menjadi pelari terakhir yang berhasil menyentuh garis finis. Dia menyelesaikan larinya dengan keadaan kakinya yang terluka. Dia cedera karena ternyata saat tengah perlombaan dia terjatuh sehingga betis dan lututnya terluka. Akan tetapi, dia melanjutkannya dengan keadaan lutut dan betis kanan yang dibalut. Sepanjang 5000 mil dia menyelesaikannya.
Luar biasa seorang John Stephen Akwari, inilah namanya. Pemenang sudah ditentukan, Penonton sudah mulai beranjak pulang, acara di stadion sudah selesai, tetapi dia tidak peduli. Dia terus bertekad untuk menyelesaikannya. Walaupun sesekali dia berjalan karena kakinya yang kesakitan, dia tetap menuju ke garis finish. Dia tetap mengarah ke tujuannya. dan benar, dia sampai di sana.
Ketika setelah perlombaan, John Stephen Akwari ditanya oleh wartawan mengapa dia tidak mengundurkan diri saja karena kakinya yang cedera dan sudah tidak mungkin untuk menang, John Stephen Akwari menjawab dengan sangat sederhana, tetapi sangat bermakna. Dia mengatakan seperti ini,
“My country didn’t sent me 5000 miles to start the finish, but they sent me 5000 miles to finish the race.”
Boleh saja John Stephen Akwari tidak menjadi juara satu, dua, atau tiga yang mendapatkan medali tetapi dia juga adalah pemenang. Bahkan pemenang yang luar biasa. Dia telah membuktikan kepada dunia apa yang dinamakan kehormatan itu. Dia adalah contoh bagaimana menyelesaikan sesuatu yang telah dimulainya. Dia adalah teladan dalam memperjuangkan kehormatannya.
Stephen berkata Negaranya tidak mengirim dirinya hanya untuk memulai perlombaan tetapi mereka mengirimnya sejauh 5000 mil untuk menyelesaikannya perlombaan sampai garis finish. Bagaimanapun kondisinya, tetapi Stephen tetap memperjuangkan harkat dan martabat bangsanya. Dia memberikan keharuman bagi negaranya dan membuktikan bahwa negaranya bukanlah negara yang lemah.
John Stephen Akwari memberikan inspirasi serta motivasi bagi Anda agar terus berusaha dan memperjuangkan apa yang telah Anda mulai. Apa yang telah Anda lakukan sejauh ini, janganlah berhenti. Perjuangkan dengan sekuat-kuatnya. Sukseskan apa yang telah Anda perjuangkan hingga tuntas dengan mengeluarkan seluruh kemampuan Anda dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah.
John Stephen Akwari menyelesaikannya dengan perjuangannya yang luar biasa, sebuah akhir yang baik. Sudah tentu, Tuhan juga menciptakan kita semua lahir di dunia ini bukanlah hanya untuk memulainya, tetapi kita harus memperjuangkan untuk mendapatkan akhir yang baik juga, Sebab kita diciptakanTuhan untuk tujuan yang mulia.